ILMU BUDAYA DASAR
‘’UPACARA
ADAT KEMATIAN SUKU ALAS’’
Disusun
oleh :
Nama:
Ayunda Maudiatama
NPM : 1115193
Kelas : 1KA08
Dosen
: Sulistining Trimulyani
UNIVERSITAS
GUNADARMA
FAKULTAS
ILMU KOMPUTER DAN TEKNOLOGI INFORMASI
JURUSAN
SISTEM INFORMASI
2015/2016
1.
Pendahuluan
1.1
Latar
Belakang
Indonesia
adalah salah satu negara yang memiliki suku dan budaya yang beraneka ragam.
Masing-masing budaya daerah saling mempengaruhi dan dipengaruhi oleh kebudayaan
daerah lain maupun kebudayaan yang berasal dari luar Indonesia. Salah satu
kebudayaan tersebut adalah kebudayaan Aceh. Berbicara tentang Budaya Aceh memang tak
habis-habisnya dan tak akan pernah selesai sampai kapanpun. Topik yang satu ini
memang menarik untuk dibicarakan terutama karena budaya itu sendiri
sesungguhnya merupakan segala hal yang berhubungan dengan hidup dan kehidupan
manusia.
Manusia
berakal merupakan syarat mutlak bagi pendukung suatu kebudayaan, karena akal
penyebab adanya kebudayaan, akal melahirkan pikir dan rasa. Keseluruhan pikir
dan rasa yang ada dalam pemikiran manusia, merupakan hal yang sangat bernilai
dalam hidupnya, sebagai pedoman tertinggi atas perilakunya. Dengan demikian
pikir dan rasa atau konsepsi-konsepsi yang ada dalam alam pikiran masyarakat (
sistem nilai budaya), tidak langsung terlihat, melainkan tercermin dan terwujud
dalam pola tingkah laku, pergaulan sosial serta pemikiran masyarakat yang
bersangkutan.
Nilai-nilai
budaya yang menjadi ciri-ciri kehidupan suatu masyarakat biasanya terkandung di
dalam sumber-sumber tertulis, lisan dan gerak. Sumber-sumber tertulis dapat
berupa naskah-naskah kuno. Sumber lisan berupa cerita-cerita rakyat, sastra
lisan, Sedangkan sumber gerak terwujud dalam kegiatan seperti permainan rakyat,
upacara-upacara.
.
1.2
Rumusan
Masalah
a. Apa keterkaitan antara upacara kematian
dengan kebudayaan?
b. Apa saja
yang terdapat di upacara kematian
1.3
Tujuan
a.
Untuk memenuhi nilai pada mata
kuliah Ilmu Budaya Dasar
b.
Untuk menganalisa keterkaitan
antara kebudayaan dengan upacara kematian
c.
Untuk
menambah wawasan kita terhadap budaya kita sendiri.
2.
Isi
Suku
Alas adalah sekelompok etnis yang bermukim di daerah Alas, Aceh Tenggara.
Sedangkan daerah Alas disebut dengan kata Tanoh Alas. Upacara kematian dalam
masyarakat suku Alas dibagi menjadi beberpa tahapan; masa mayat di Rumah adalah
masa pelayatan, seleuruh kerabat diundang terutama sekali kerabat yang paling
dekat yakni dua angkatan ke atas dan dua angkatan ke bawah ego (orang yang
meninggal). Sebelum di bawa ke sungai, sebelum abad ke 20, warga Alas masih
menggelar Seningeratap, menangisi mayat dan mengenang segala
kebaikannya. Seni ngeratap ini merupakan kebudayaan Karo (juga
masyarakat Batak lainnya) yang hari ini dilarang karena dianggap Syirik.
Proses
Memandikan Mayat masyarakat Alas dilakukan di sungai, dengan kedalaman
kira-kira 30 cm dan waktu mayat dipangku dapat mengenai air. Selanjutnya imam
akan mengosoki mayat dengan air badar. Setelah semua dianggap bersih, barulah
imam menyiram mayat dengan air sembilan. Fungsi air ini adalah sebagai air
pembersih terakhir. Setelah selesai dimandikan, sebelum mayat diusung ke luar
rumah anak-keluarga mengadakan mengkiran (menusuki) mayat melalui bawah
usungan, agar mayat jangan teringat kepada anak dan keluarganya di dalam kubur
nanti. Kemudian mayat disalati. Mayat kemudian dibawa ke tempat penguburan
dengan diusung dalamperaran. Selanjutnya adalah proses Penguburan Mayat.
Masa
Takziah, upacara ini dilakukan selama tiga hari berturut-turut, yakni malam
pertama hingga malam ketiga setelah upacara penguburan. Berikutnya adalah Masa
Hari Ketujuh, upacara hari ketujuh dilaksanakan agak lebih besar dari upacara
sebelumnya. Bagi mereka yang mampu biasanya dilakukan pemtongan kerbau atau
sapi. Keluarga duka menyiapkan sirih undangan yang disebut pemanggo 7. Apabila
kaum kerabat mendapat sirih pemanggo, ia sibuk mempersiapkan bahan bawaan untuk
dipersembahkan kepada keluarga orang yang meningggal itu. Bahan bawaan berupa:
limon satu lusin, kerotuum (nasi bungkus yang dibungkus dengan daun pisang yang
bentuknya bulat panjang), lauk pauk satu susun (rantang), kelapa ala kadarnya,
telur bebek, beras ala kadarnya, dan uang.
Pada
pagi hari setelah malam ke tujuh, upacara penanaman batu digelar dengan
dipimpin oleh seorang imam. Para peserta biasanya adalah kaum kerabat, namun
ada pula warga kampung yang menghadirinya. Upacara dimulai dengan penyiraman
kuburan dengan air yang telah disediakan. Penyiraman ini dilaksanakan oleh imam
sebanyak tiga kali dari atas kuburan (kepala) sampai bawah (kaki) sambil
membaca doa. Kemudian batu yang bagian atasnya telah dibungkus dengan kain putih
dan disediakan dalam sebuah talam (tapesi) diambil oleh tengku imam serta
ditanam di atas kuburan pada bagian kepala. Batu ditanam kira-kira setengah
bagian dengan posisi batu yang tertutup kain berada di atas.
Pelaksanaan
upacara malam ke empat puluh hari tidak berbeda dengan upacara malam ke tujuh,
yakni dengan pembacaan samadiah yang dipimpin oleh imam dan diakhiri dengan
pembacaan doa. Kemudian acara dilanjutkan dengan kenduri makan bersama. Seusai
makan bersama berarti usai pula seluruh rangkaian upacara kematian pada
masyarakat Alas.
Jika
kita lihat dari rangkaian upacara kematian suku Alas, kita menemukan kesamaan
dengan proses upacara kematian masyarakat Islam di jawa. Masih terdapat sisa
keyakinan animisme dengan adanya mengkiran, dan Takziah atau Tahlilan. Maka tidak sepenuhnya ala Arab.
Suku Alas dalam upacara kematian benar-benar seperti meninggalkan
Ke-Batak-annya dengan dihapuskannya seni ngeratap.
Kekhasan Suku Alas terdapat pada sistem kekerabatan yang sangat erat dengan
sifat wajib datangnya kerabat yang paling dekat yakni dua angkatan ke atas dan
dua angkatan ke bawahego, juga adanya undangan sirih pemanggo 7demi
menjaga keutuhan kekerabatan suku Alas.
3.
Referensi
Kuoni, Far East, A world of difference (Inggris: Kuoni Travel & JPM
Publications, 1999),hal.88.
Akhsan
Na’im, Kewarganegaraan, suku
bangsa, agama, dan bahasa sehari-hari penduduk
Indonesia (Jakarta:
Badan Pusat Statistik, 2010), hal.5.
Sarah Faradina,”
Tugas Ilmu Budaya Dasar 3 “, dalam https://sarahfaradina.wordpress.com/2013/12/04/tugas-ilmu-budaya-dasar-3-2/
Contributor, “Upacara Kematian Suku
Alas Aceh Tenggara“, dalam http://kebudayaanindonesia.net/id/culture/1080/upacara-kematian-suku-alas-aceh-tenggara
Komentar
Posting Komentar